Sulsel.relasipublik.com LUWU – Jika bepergian dari kampung halaman menuju suatu tempat atau dari suatu tempat tidak lengkap rasanya jika pulang tanpa membawa Oleh-Oleh khas dari daerah yang dikunjungi, misalnya Oleh-oleh dari Kabupaten Luwu.
Salah satu toko Oleh-oleh khas Luwu yang bisa dijumpai saat berkunjung ke Kabupaten Luwu yakni Toko Oleh-Oleh Khas Luwu Hj. Hadiana.
Toko Hj. Hadiana beralamat di Jl. Poros Palopo-Makassar tepatnya di Dusun Buntu Siapa, Desa Buntu Kunyi, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu.
Toko Hj. Hadiana menjual berbagai macam kue seperti Gambu/Gambung Durian, Bagea Kacang, Bangke Kelapa, Kacang 1, Jipang Caramel, Jipang Kentang, Roti Jintan Baruasa, Kripik Bawang, Kripik Keju dan Kacipo.
Hj. Hardiana selaku pemilik toko menceritakan perjalanan hidupnya selama berjualan kue Khas Luwu.
“Saya berjualan kue itu sudah sekitar tiga tahun, mulanya hanya sedikit demi sedikit dan juga dulunya membuat kue pesanan seperti pesanan dari tetangga dan pesanan saat ada acara-acara seperti acara isra mi’raj, pernikahan/pengantin dan acara lainnya. Saat itu memang belum banyak tahu sebab belum pasang papan jualan dan kue yang saya jual hanya kue gambung, kue bolu dan lainnya,” ceritanya.
“Sebelum adanya Pandemi Covid-19, kami biasanya dapat menghabiskan 10 Kg bahan baku untuk kue gambung saja dan untuk kue lainnya hanya sekitar 5 Kg. Alhamdulillah, kue gambung dan kue lainnya laku terjual hanya dalam waktu sehari semalam,” lanjutnya.
“Sejak awal Pandemi Covid-19, penjualan kue gambung dan kue lainnya sangat turun drastis dibandingkan sebelum adanya Covid-19. Saat ini kami hanya bisa menghabiskan bahan baku hanya 2 Kg dan kue biasanya baru habis sekitar empat hari,” sambungnya.
Sementara itu, Zainuddin yang merupakan menantu Hj. Hardiana yang juga ikut membantu dalam pembuatan dan penjualan kue mengatakan bahwa sejak awal Covid-19 penjualan sangat turun drastis.
“Sejak awal Covid-19 pada bulan Maret-Juli 2020 penjualan kue seperti Gambung dan kue lainnya turun drastis sekitar 80% dari penjualan sebelumnya,” katanya.
“Sebelum Pandemi kita dapat mempekerjakan enam sampai delapan orang dalam perhari, kini kita menyuruh karyawan untuk bergantian masuk,” ucapnya.
“Lima bulan awal Pandemi, kita kebanyakan berjualan via online. Walapun hasilnya sedikit yang penting adalah tetap usaha dan jangan putus asa,” ungkapnya.
“Alhamdulillah, tiga bulan terakhir ini terhitung mulai bulan Agustus 2020 penjualan kami kembali normal yakni bisa menghabiskan bahan baku 10 Kg dan juga 6-8 Karyawan juga sudah bisa bekerja normal lagi,” tutupnya. (Ais)
Discussion about this post